Bicara tentang budaya keselamatan tidak akan lepas dari perilaku manusia. Perilaku manusia memang sangat unik dan kompleks. Setiap individu memiliki pengalaman, latar belakang, dan motivasi yang berbeda-beda, sehingga perilaku mereka juga berbeda-beda. beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia antara lain :
- Pengalaman hidup
- Lingkungan sosial
- Budaya dan nilai-nilai
- Emosi dan motivasi
- Kepribadian dan karakter
Karena itu, memahami perilaku manusia memerlukan pendekatan yang holistik dan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi. ada beberapa teori salah satunya Teori ABC (Aktivator/Antecedent, Behavior, Consequence) merupakan suatu model perilaku yang digunakan untuk memahami dan menganalisis perilaku manusia.
Berikut adalah penjelasan tentang teori ABC:
A (Aktivator) – Sebelum Perilaku:
- Faktor-faktor yang memicu perilaku
- Contoh: lingkungan, situasi, stimulus
B (Behavior) – Perilaku:
- Tindakan atau reaksi yang dihasilkan
- Contoh: perilaku positif atau negatif
C (Consequence) – Akibat:
- Hasil atau dampak dari perilaku
- Contoh: penghargaan, hukuman, atau konsekuensi lainnya
Contoh penjelasan dari teori tersebut diatas yaitu disuatu perusahaan yang dalam menerapkan aturan keselamatan apakah bisa menjadi suatu budaya dapat kita uji dengan teori ABC. Sebuah perusahaan X menerapkan sebuah aturan emas yang wajib dijalankan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kecelakan yang berakibat besar dan kematian. Dalam situasi ini conohnya penggunaah telepon genggam didalam kendaraan pengangkut, seorang pengemudi dituntut untuk dapat fokus dalam menjalankan pekerjaannya, namun dengan keberadaan telpon genggam yang dimanfaatkan untuk berbagi kegiatan ke media sosial misalnya siaran langsung sembari mengemudikan kendaraan. nah dalam teori ABC maka keberadaan telepon genggam tersebut yang melakukan siaran langsung adalah sebuah aktivator yaitu kegiatan yang dapat menghilangkan fokus utama dari sebuah kegiatan dan ini merupakan pemicu terjadinya kecelakaan.
Kemudian kita menuju B (behaviour) atau perilaku. Kebiasaan adalah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi otomatis, sehingga tidak memerlukan banyak pemikiran atau kesadaran lagi. Duplikasi kebiasaan yang baik dapat memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa:
1-2 tahun: 30-40% keberhasilan dalam mempertahankan kebiasaan baru
20-30 hari pertama: 70-80% keberhasilan dalam membentuk kebiasaan baru
3-6 bulan: 50-60% keberhasilan dalam mempertahankan kebiasaan baru
Sedangkan untuk Duplikasi kebiasaan yang tidak baik dapat memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi karena kebiasaan tersebut sudah terbentuk dan menjadi otomatis. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa:
20-30% orang berhasil mengubah kebiasaan buruk dalam jangka panjang
70-80% orang gagal mengubah kebiasaan buruk dalam 3 bulan pertama
50-60% orang gagal mempertahankan perubahan kebiasaan buruk setelah 6 bulan
Untuk keberhasilan dalam mencapai budaya K3 yang baik tergantung pada faktor-faktor seperti:
- Motivasi dan komitmen manjemen
- Konsistensi dari seluruh elemen
- Dukungan manajemen
- Kemampuan mengatasi hambatan
dari contoh simulasi peristiwa diatas terkait penggunaan telpon genggam makan aktifitas tersebut harus dilakukan tindakan pengendalian misalnya telepon selular tidak diperkenankan beradda didalam kabin kendaraan, menyiapkan loker untuk penyimpanan ponsel, komunikasi boleh diinformasikan kepada pengawas dan dari pengawas akan disampaikan kepada pengemudi kendaraan, dan lain lain.
yang terakhir adalah C (Consequence/konsekuensi) Konsekuensi adalah hasil atau dampak yang terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan atau keputusan. Konsekuensi dapat berupa konsekuensi negatif berupa hasil yang tidak diinginkan atau merugikan sedangkan konsekuensi positif adalah hasil yang diinginkan atau menguntungkan. konsekuensi seperti uang logam bersisi 2 memiliki aspek potif dan negatif, sehingga harus selalu dipikirkan apakah konsekuensi tersebut dapat diterima.